Asal-Usul Emas Monas, Disumbang oleh Teuku Markam, Pengusaha Filantropi Asal Aceh

 


Jakarta, iniberita.my.id – Monumen Nasional (Monas), ikon kebanggaan ibu kota Indonesia, memiliki salah satu ciri khas yang menarik perhatian: lidah api berlapis emas di puncaknya. Tak banyak yang tahu, emas tersebut ternyata berasal dari sumbangan seorang filantropi dan pengusaha besar asal Aceh, Teuku Markam.

Dibangun untuk Mengenang Semangat Juang

Monas mulai dibangun pada Agustus 1959 atas inisiatif Presiden Sukarno sebagai simbol perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan. Monumen ini dirancang oleh arsitek Soedarsono, Frederich Silaban, dan Ir. Rooseno, dan diresmikan pada 17 Agustus 1961, bertepatan dengan HUT ke-16 Republik Indonesia.

Salah satu elemen ikonik Monas adalah lidah api di puncaknya, yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan diameter 6 meter. Lidah api ini dilapisi emas seberat 38 kilogram, 28 kilogram di antaranya merupakan sumbangan dari Teuku Markam.

Sosok Teuku Markam

Teuku Markam adalah seorang pengusaha keturunan uleebalang (bangsawan) Aceh yang lahir sekitar tahun 1925. Kariernya dimulai di bidang militer, hingga bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan menjadi ajudan Jenderal Gatot Subroto. Lewat Gatot Subroto, Teuku Markam diperkenalkan kepada Presiden Sukarno yang kemudian mempercayainya sebagai pengusaha pribumi andal.

Pada tahun 1958, setelah kembali dari Aceh, Teuku Markam mendirikan PT Karkam, perusahaan yang diberi mandat oleh pemerintah Orde Lama untuk mengelola aset pampasan perang. Bisnisnya berkembang pesat, mencakup bidang ekspor-impor, pembangunan galangan kapal, hingga menjadi pengimpor mobil dan material konstruksi.

Kontribusi Teuku Markam

Selain menyumbang emas untuk Monas, Teuku Markam juga memberikan kontribusi besar lainnya, seperti:

  • Membebaskan lahan untuk pembangunan Istora Senayan.
  • Membangun infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat.
  • Rekonstruksi jalan di pesisir Timur Aceh.

Pada masa pemerintahan Presiden Sukarno, Teuku Markam dikenal dekat dengan pemerintahan dan pejabat tinggi negara. Namanya bahkan disebut-sebut sebagai bagian dari 'Kabinet Bayangan' pemerintahan Orde Lama.

Warisan untuk Bangsa

Kontribusi Teuku Markam, termasuk emas di puncak Monas, menjadi simbol nyata semangat juang dan kecintaannya terhadap Indonesia. Meski namanya kurang dikenal di era modern, warisannya tetap hidup dalam sejarah bangsa.

Monas kini tidak hanya menjadi monumen, tetapi juga pengingat akan dedikasi individu seperti Teuku Markam yang memberikan segalanya demi kejayaan Indonesia. (Red.D)

0 Comments:

Post a Comment