suarajatimonline Jakarta -Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC) mulai 5 hingga 10 November 2025 untuk mengantisipasi potensi banjir akibat curah hujan ekstrem serta limpasan air dari wilayah hulu. Langkah tersebut mendapat dukungan dari Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta, meski sejumlah anggota meminta agar pelaksanaannya dilakukan secara transparan dan efisien.
Penasehat Fraksi Gerindra, Rany Mauliani, menilai upaya tersebut penting dalam menjaga kesiapsiagaan menghadapi musim hujan. Menurutnya, modifikasi cuaca merupakan langkah preventif yang layak diapresiasi, terutama di tengah meningkatnya kemacetan akibat cuaca buruk.
“Kemacetan panjang akhir-akhir ini cukup melelahkan bagi para pengguna jalan, apalagi bagi pekerja dengan mobilitas tinggi. Karena itu, apa pun upaya Pemprov dalam mengantisipasi kejadian seperti ini patut kita dukung,” ujar Rany kepada wartawan, Kamis (6/11/2025).
Meski demikian, Rany mengingatkan bahwa setiap kebijakan harus tetap dievaluasi secara berkala untuk menemukan strategi paling efektif.
“Mungkin akan ada beberapa penyesuaian dari tiap langkah, tapi minimal kita bisa belajar dan memperbaiki metode yang lebih baik ke depan,” tambahnya.
Minta Transparansi dan Evaluasi Anggaran
Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Fraksi Gerindra, Ali Lubis, mendukung penuh kebijakan modifikasi cuaca, namun menekankan pentingnya transparansi penggunaan anggaran. Ia meminta Pemprov DKI untuk membuka rincian biaya kepada publik agar masyarakat mengetahui besaran dana yang digunakan serta efektivitas program tersebut.
“Prinsipnya saya mendukung modifikasi cuaca sebagai sarana antisipasi banjir. Tapi Pemprov harus terbuka, sampaikan ke publik berapa biaya yang digunakan dan seberapa efektif hasilnya,” tegas Ali.
Politisi yang juga menjabat Ketua DPC Gerindra Jakarta Timur itu mengingatkan agar dana yang digunakan benar-benar memberikan manfaat nyata bagi warga.
“Jangan sampai biaya besar dikeluarkan tapi hasilnya tidak signifikan. Karena yang digunakan adalah uang rakyat,” pungkasnya.
Langkah Antisipatif Pemprov DKI
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca dilakukan untuk mengatur distribusi curah hujan agar tidak turun secara ekstrem di wilayah rawan banjir, khususnya Jakarta Selatan dan Jakarta Timur yang menjadi lintasan aliran air dari Bogor, Depok, dan Puncak.
“Berdasarkan prediksi BMKG, curah hujan tinggi hingga sangat tinggi akan terjadi mulai awal November hingga Februari. Karena itu, kami melakukan operasi modifikasi cuaca bersama pemerintah pusat,” ujar Pramono usai memimpin Apel Kesiapsiagaan “Jaga Jakarta” di Lebak Bulus, Selasa (4/11).
Selain curah hujan, Pemprov juga mewaspadai potensi banjir rob di wilayah pesisir utara Jakarta akibat pasang maksimum air laut yang bertepatan dengan fase bulan purnama. Untuk itu, pemerintah telah menyiapkan tujuh rumah pompa dan beberapa pintu air baru guna memperkuat sistem pengendalian air di kawasan tersebut.
Langkah modifikasi cuaca ini menjadi bagian dari strategi terpadu Pemprov DKI dalam menghadapi musim penghujan 2025–2026, dengan harapan mampu menekan dampak banjir tanpa menimbulkan gangguan berarti terhadap aktivitas masyarakat. (Red.EH)