KEDIRI, iniberita.my.id – Usulan untuk menerapkan pendekatan pendidikan berdisiplin tinggi ala militer bagi siswa dengan perilaku menyimpang mendapat sambutan positif dari kalangan legislatif di Kabupaten Kediri. Salah satunya datang dari anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Kediri, Lutfi Mahmudiono, yang menilai langkah tersebut sebagai solusi membentuk karakter generasi muda.
“Pendidikan karakter harus dikedepankan, dan selama ini TNI terbukti berhasil membentuk disiplin serta jiwa nasionalisme. Saya kira itu bisa jadi referensi untuk menertibkan remaja yang mulai kehilangan arah,” ungkap Lutfi yang juga menjabat Ketua DPD Partai Nasdem Kabupaten Kediri.
Menurutnya, jumlah remaja yang terlibat kasus kriminalitas di Kediri terus meningkat. Ia menyoroti fenomena geng remaja dan aksi kekerasan jalanan yang makin meresahkan. Beberapa anak bahkan kini tengah menjalani proses hukum atas tindakan brutal yang mereka lakukan.
“Program ini bisa mendorong mereka lebih tertib, punya rasa hormat pada orang lain, dan membentuk kedisiplinan sejak dini. Kalau karakter anak dibentuk sejak sekarang, dampaknya akan besar untuk masa depan mereka dan masyarakat secara luas,” imbuhnya.
Lutfi juga menyatakan bahwa jika program ini diadopsi secara nasional, pemerintah daerah harus siap berperan, termasuk menyiapkan dukungan anggaran. “Kalau jadi kebijakan pusat, tentu daerah wajib mendukung, termasuk dari sisi pembiayaan,” katanya.
Pendapat senada disampaikan Sulistyo Budi, rekan Lutfi di Komisi IV dari fraksi PKS. Ia setuju dengan pendekatan militer, namun dengan catatan bahwa pelaksanaannya harus selektif dan menyesuaikan tingkat kenakalan siswa.
“Bagi anak-anak yang terlibat aksi kekerasan, perkelahian antarkelompok, atau sudah masuk dalam dunia geng, pola pelatihan seperti militer bisa jadi pilihan. Tapi bagi pelanggaran ringan, pendekatannya harus berbeda,” jelas Budi.
Ia menekankan bahwa pendekatan keras tidak bisa diterapkan secara menyamaratakan. Setiap kasus harus dikaji lebih dulu, apakah memerlukan penanganan yang tegas atau lebih lunak dan humanis.
“Kalau semua disamakan, bisa jadi malah tidak menyelesaikan akar masalah. Pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat, harus dikedepankan,” tambahnya.
Budi juga menyoroti pentingnya peran guru di sekolah sebagai pembimbing moral, bukan hanya pengajar akademik. Guru diharapkan mampu menjadi teladan dan agen pembentuk karakter siswa, terutama dalam hal nilai-nilai etika dan spiritual.
“Sekolah jangan hanya fokus pada prestasi akademik. Mereka juga harus membentuk kepribadian siswa yang berakhlak mulia atau akhlaqul karimah. Inilah yang bisa mencegah kenakalan sejak akar,” pungkasnya. (Red.R)
0 Comments:
Post a Comment