Ketika Semeru Menggeliat: Abu Menggelayut di Langit Lumajang

 


Lumajang, Jawa Timur,  iniberita.my.id – Matahari belum tinggi ketika suara gemuruh perlahan menyusup ke tengah kesunyian pagi. Di kejauhan, Gunung Semeru—sang Mahameru yang agung—kembali menunjukkan tanda-tanda hidupnya. Pagi itu, Rabu (16/4/2025), puncaknya kembali memuntahkan abu panas setinggi 1.000 meter, menorehkan kekhawatiran baru di langit Jawa Timur.

Erupsi terjadi pukul 07.28 WIB. Langit yang semula bersih perlahan berubah menjadi kelabu. Abu putih pekat, berpadu warna kelam, membumbung ke utara dan timur laut. Tak ada ledakan keras, tapi ketegangan terasa di setiap helaan napas warga yang memandang dari kejauhan.


Di Balik Angka, Ada Getaran

Dari balik layar seismograf Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, jarum alat mencatat jelas jejak amarah bumi: amplitudo maksimum 22 mm, durasi 123 detik. Bukan sekadar angka, tapi pertanda bahwa perut bumi di bawah Semeru belum tenang.

Sigit Rian Alfian, petugas pengamat gunung, tak banyak berkata-kata. Lewat pesan singkat, ia hanya menyampaikan yang perlu: "Gunung Semeru mengalami erupsi dengan kolom abu teramati setinggi 1.000 meter. Status masih berada di Level II – Waspada."


Hening yang Dipenuhi Waspada

Di sekitar kaki Semeru, warga sudah hafal ritme gunung itu. Setiap erupsi tak pernah dianggap sepele. Meski suara sirine tak terdengar, peringatan telah diberikan: jangan dekati radius 13 kilometer dari puncak, terutama di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan.

Sungai-sungai yang terlihat tenang pun berubah jadi jalur siaga. Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, hingga Besuk Sat—semuanya bisa jadi lintasan bagi awan panas guguran, lava, bahkan lahar hujan yang turun tanpa ampun.


Tidak Panik, Tapi Tidak Boleh Lengah

Di tengah suasana tegang itu, satu hal tetap dipegang: kesiapsiagaan lebih penting daripada kepanikan. Warga diminta untuk terus memantau informasi resmi dari PVMBG, BPBD, dan pos pengamatan setempat. Satu informasi bisa menyelamatkan banyak nyawa.

"Semua masih dalam pengamatan. Masyarakat kami imbau tetap tenang, namun tidak menyepelekan situasi. Erupsi seperti ini bisa berulang kapan saja," ujar Sigit lagi.


Antara Keindahan dan Ancaman

Gunung Semeru memang memesona—puncaknya yang menjulang, siluetnya saat matahari terbit, dan kabut tipis yang sering menari di lerengnya. Tapi di balik keelokan itu, tersimpan kekuatan alam yang tak bisa dianggap remeh.

Hari ini, Semeru kembali bicara. Bukan dengan kata, tapi dengan abu dan getaran. Dan manusia, seperti biasa, hanya bisa mendengar, mencatat, dan bersiap.(Red.R)

0 Comments:

Post a Comment