Jakarta, iniberita.my.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pentingnya peran pajak dalam mendukung masyarakat. Menurutnya, pajak digunakan untuk berbagai program yang memberi manfaat langsung kepada masyarakat, seperti subsidi energi dan perlindungan sosial. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa masih banyak masyarakat yang mempertanyakan mengapa mereka harus membayar pajak.
“APBN itu hadir di hampir semua ruang segmen masyarakat dalam berbagai bentuk, karena banyak yang masih sampai hari ini bertanya, kenapa saya harus membayar pajak, dan apa manfaatnya pajak buat saya,” kata Sri Mulyani melalui akun Instagram @smindrawati, Kamis (2/1/2025).
Sri Mulyani menambahkan bahwa dana yang berasal dari pajak sangat penting dalam mewujudkan keadilan sosial. Meskipun program ini belum sempurna, pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki sistem dan memastikan bahwa bantuan tepat sasaran bagi kelompok yang membutuhkan.
Ia juga mengakui bahwa sebagian masyarakat merasa terbebani dengan kewajiban membayar pajak. Namun, menurutnya, pajak merupakan bentuk gotong-royong untuk membangun bangsa dan menciptakan keadilan sosial.
“Konsep mengenai keadilan itu kan sesuatu yang harus terus kita upayakan dan ikhtiar dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Kadang-kadang masyarakat yang harus membayar memang terasa berat, tapi juga pada saat yang sama menjaga Indonesia bersama,” ungkapnya.
Sri Mulyani menekankan pentingnya partisipasi bersama dalam menjaga Indonesia. “Kita saling gotong-royong, mungkin kita bisa merasakan, oh ternyata membangun dan menjaga Indonesia itu ya kita semuanya ikut berpartisipasi,” tambahnya.
Sebagai contoh, Sri Mulyani menjelaskan bagaimana pajak digunakan untuk subsidi LPG 3 kilogram. Pada tahun 2024, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 81 triliun untuk menjaga harga LPG tetap terjangkau di masyarakat. Harga asli LPG 3 kg diperkirakan mencapai Rp 50 ribu, namun dijual di kisaran Rp 20 ribuan berkat subsidi yang diberikan.
“Karena kita itu ngeluarkan Rp 81 triliun sendiri untuk LPG 3 kilo. Coba bayangkan, siapa yang menikmati? Masyarakat yang beli 3 kilo, atau warung-warung penjual bakso yang mereka itu pakai yang 3 kilo,” imbuhnya. (Red.D)
0 Comments:
Post a Comment