Kediri, iniberita.my.id– Dua batang tebu yang disulap menyerupai sepasang pengantin Jawa menjadi simbol sakral dalam tradisi Manten Tebu yang digelar di Pabrik Gula (PG) Ngadirejo, Kabupaten Kediri. Tradisi ini tak sekadar menjadi tontonan unik, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus pembuka resmi musim giling tebu tahun 2025.
Dengan iringan musik tradisional dan suasana khidmat, prosesi kirab mengelilingi area pabrik berlangsung meriah. Tebu “pengantin” diarak oleh para pekerja, petani, serta warga setempat dengan penuh semangat. Tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang industri gula di Jawa.
"Prosesi Manten Tebu adalah bentuk rasa syukur dan harapan kami agar musim giling berjalan lancar dan hasilnya melimpah," ujar Wayan Mei Purwono, General Manager PG Ngadirejo, saat ditemui di lokasi acara.
Upacara ini diawali dengan kirab keliling pabrik dan dilanjutkan penyerahan simbolis tebu pengantin kepada jajaran manajemen. Acara ini turut dihadiri tokoh masyarakat, petani binaan, dan seluruh tim operasional PG Ngadirejo.
Pabrik Gula Ngadirejo akan memulai kegiatan penggilingan pada 11 Mei 2025, setelah sehari sebelumnya menerima tebu dari petani mitra. Tahun ini, perusahaan menargetkan penggilingan 10 juta kuintal tebu, dengan estimasi produksi gula mencapai 80 ribu ton.
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan daya saing, PG Ngadirejo telah menggelontorkan dana investasi sebesar Rp 22 miliar untuk peremajaan mesin dan pembaruan infrastruktur pabrik yang telah berusia lebih dari seabad.
"Revitalisasi ini penting agar pabrik tua ini tetap bisa bersaing, baik dari sisi kapasitas maupun kualitas produksi. Ini warisan yang harus kita rawat dan modernisasi," tambah Wayan.
Sumber pasokan tebu PG Ngadirejo berasal dari tiga wilayah utama yakni Kediri, Blitar, dan lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik perusahaan. Tak hanya itu, petani dari kawasan Malang juga turut berkontribusi memasok bahan baku.
Selain fokus pada kuantitas, perusahaan juga menargetkan peningkatan rendemen (persentase perolehan gula dari tebu) serta laba usaha. "Rata-rata rendemen tahun lalu 8,12 persen, tahun ini kami optimis bisa lebih tinggi. Target laba kami lebih dari Rp 150 miliar, ini akan menjadi pencapaian yang membanggakan," pungkasnya.
Dengan kombinasi antara pelestarian budaya, penguatan teknologi, dan sinergi dengan petani, PG Ngadirejo berharap musim giling 2025 menjadi momen bersejarah dalam kontribusinya terhadap ketahanan pangan nasional.(RED.A)
0 Comments:
Post a Comment