Awalnya Hanya Demi Promosi Warung, Budhe Wiji Justru Tembus Top 6 Masterchef Indonesia

 


KABUPATEN KEDIRI,  iniberita.my.id–Tidak pernah terpikir sebelumnya oleh Emilia Susanti, perempuan yang akrab disapa Budhe Wiji, bahwa langkahnya mengikuti ajang Masterchef Indonesia Season 12 akan membawanya menjadi salah satu dari enam besar peserta terbaik.

Niat awalnya sederhana: memenuhi dorongan dari keluarga dan orang-orang terdekat, serta sebagai upaya untuk meningkatkan popularitas warung makan miliknya.

“Sebenarnya saya ikut itu bukan karena keinginan pribadi, tapi karena dorongan dari keluarga dan teman. Katanya biar warung saya bisa lebih dikenal,” ungkapnya dengan nada merendah.

Wiji memperkenalkan dirinya sebagai Budhe Wiji di awal kompetisi. Meski awalnya sempat merasa tak nyaman dengan sebutan itu, lama kelamaan ia menyadari panggilan tersebut justru mengandung kedekatan emosional.
“Awalnya rikuh banget dipanggil budhe, kok kesannya tua. Tapi ternyata itu cara mereka menunjukkan rasa sayang. Saya akhirnya nyaman,” jelasnya sambil tersenyum.

Saat ditemui di warungnya yang berada di Jalan Brawijaya No. 68, Tulungrejo, Kecamatan Pare, kesan sederhana langsung terasa. Di depan warung, terpampang fotonya dengan apron putih Masterchef, lengkap dengan tanda tangan para juri ternama: Juna Rorimpandey, Renatta Moeloek, dan Rudy Choirudin.

Apron itu pun dipajang rapi dalam bingkai, menjadi pengingat sekaligus simbol pencapaian yang tidak hanya membanggakan dirinya, tapi juga warga sekitar. Kepribadiannya pun tidak jauh berbeda dengan yang terlihat di layar kaca—ramah, jujur, dan bersahaja.

Ia menceritakan, ketidakyakinannya untuk mengikuti ajang tersebut sempat membuatnya enggan melangkah. “Saya nggak punya latar belakang pendidikan formal memasak, nggak punya sertifikat. Penampilan juga biasa saja, nggak bisa dandan. Tapi suami dan teman-teman bilang, yang penting niatnya buat promosi,” katanya.

Awal mula ketertarikannya terhadap dunia dapur ternyata sudah tumbuh sejak kecil. Ia mulai belajar memasak saat duduk di bangku kelas 5 SD, ketika tinggal bersama sang nenek.
“Saya dulu cuma disuruh ngulek bumbu, tanpa diberi tahu itu bumbu apa. Besoknya saya disuruh bikin masakan yang sama. Ternyata itu cara Mbah ngajarin saya,” kisahnya.

Wiji tumbuh dalam lingkungan yang akrab dengan aktivitas memasak, terutama saat ada hajatan. Ia kerap membantu di dapur, dan kebiasaan itu terus berlanjut hingga dewasa.
Pengalaman memasaknya semakin kaya saat ia bekerja sebagai TKW di Hongkong dan Makau sejak 2003. Di sana, tuntutan dari majikan selalu sama: harus bisa memasak.

“Setiap belanja di pasar, saya selalu tanya ke ayi-ayi, masakan ini bumbunya apa, cara masaknya gimana,” ceritanya. Dari sanalah ia mengenal berbagai menu lintas negara.

Namun, perjalanan panjang itu juga membawa dampak bagi kesehatannya. Setelah mengalami sakit, Wiji akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia pada September 2023. Ia memulai kembali hidupnya dengan membuka warung makan yang kini diberi nama Rumpizz Kitchen—singkatan dari Rumah Pizza.

Awalnya, warung tersebut dibuka di kawasan Sekoto, Kecamatan Badas, namun kemudian pindah ke lokasi saat ini yang lebih strategis, dekat Kampung Inggris Pare.
“Nama Rumpizz itu biar unik dan mudah diingat. Artinya Rumah Pizza, tapi menunya banyak, nggak cuma pizza,” ungkapnya.

Dukungan yang mengalir tak hanya dari keluarga. Seorang pelanggan tetap bernama Irfan, yang kerap datang ke warung dan menantangnya memasak menu baru, juga berperan besar dalam mendorong Wiji ikut audisi Masterchef.
“Irfan itu ngajak suami saya buat bujuk saya. Akhirnya saya coba kirim video masak dari warung. Eh, terus keterima,” kenangnya.

Kini, Rumpizz Kitchen tak pernah sepi pengunjung. Banyak pelanggan datang dari luar daerah seperti Jombang, Malang, hingga Tulungagung, hanya untuk mencicipi langsung masakan Budhe Wiji.

Menu yang ditawarkan pun beragam, mulai dari Mie Ayam, Sup Iga, Sate, hingga masakan rumahan lainnya. Cita rasa yang ditawarkan Wiji mencerminkan berbagai pengalamannya di luar negeri dan akar budaya kuliner lokal yang ia pelajari sejak kecil.

“Saya pengin bikin masakan yang universal. Kalau orang luar negeri makan, mereka bisa bilang, ‘ini kayak masakan ibu saya.’ Saya pengin bikin orang merasa seperti di rumah,” tuturnya haru.

Kini, meski tak membawa pulang gelar juara, Budhe Wiji telah berhasil meraih kemenangan yang jauh lebih besar: membangun identitas kuliner yang otentik, dikenang banyak orang, dan membawa semangat baru untuk pelaku UMKM di daerah.(red.a)

0 Comments:

Post a Comment