KEDIRI, iniberita.my.id – Jika perjuangan Raden Ajeng Kartini pada akhir abad ke-19 berfokus pada akses pendidikan dan kebebasan perempuan dari keterkungkungan adat, maka tantangan yang dihadapi perempuan masa kini jauh lebih beragam dan kompleks.
Di tengah kemajuan zaman dan modernisasi, perempuan-perempuan inspiratif seperti Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati, Ketua TP PKK Kabupaten Kediri Eriani Annisa, hingga Aktivis Sosial Marijem terus beradaptasi dan berkarya demi mewujudkan cita-cita mulia: kemanusiaan dan keadilan sosial.
Salah satu sosok yang patut diacungi jempol adalah Marijem, perempuan berdedikasi tinggi asal Desa Pelem, Kecamatan Pare. Sehari-hari, ia mengabdikan waktunya untuk merawat lansia terlantar di berbagai penjuru Kabupaten Kediri. Aktivitas ini ia tekuni bukan karena kewajiban, melainkan panggilan hati yang tak pernah surut.
Sabtu (19/4) lalu, Marijem terlihat mendatangi rumah sederhana milik Sukro, seorang lansia berusia 90 tahun yang hidup sebatang kara di Jalan Welirang, Kelurahan Pare. Saat ia datang, Sukro yang semula lesu tiba-tiba tersenyum cerah, seperti mendapatkan semangat hidup kembali. Dengan sabar dan penuh kasih sayang, Marijem menyuapi Sukro makanan yang ia bawa, memperlihatkan bentuk kasih yang tulus tanpa pamrih.
Kisah seperti ini bukan satu-dua kali terjadi. Sejak mendirikan Yayasan Pare Penuh Kasih (PPK) pada tahun 2015, Marijem telah menyentuh kehidupan ribuan lansia yang terpinggirkan. Ia merawat, memandikan, memberikan kebutuhan dasar, hingga melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
“Saya tidak bisa berpaling ketika melihat para lansia harus menghadapi hari-harinya dalam kesepian dan keterbatasan. Hati saya terpanggil untuk menemani mereka,” ungkap perempuan kelahiran 1979 itu.
Atas ketulusannya, Marijem diganjar berbagai penghargaan, termasuk dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo. Tahun 2022, ia menerima penghargaan sebagai Perempuan Berjasa dan Berprestasi di bidang sosial dan budaya dari OASE-KIM.
Namun, perjuangan Marijem bukan tanpa tantangan. Pendanaan menjadi hambatan utama, terutama dalam mendampingi lansia yang membutuhkan perawatan intensif, seperti penderita kanker. Biaya untuk kontrol hingga kemoterapi kerap kali harus ditanggung sendiri atau mengandalkan sumbangan dari para donatur.
“Kalau lagi nggak ada dana, saya tambel pakai uang pribadi. Anggota PPK juga rata-rata bekerja sebagai pedagang kecil, seperti penjual pentol atau batagor. Saya tidak pernah membebani mereka,” tuturnya, dengan nada penuh keikhlasan.
Setiap hari, setidaknya 25 lansia menerima makanan siap santap dari yayasan yang ia pimpin. Namun, jumlah total lansia yang pernah mendapat dampingan mereka telah menembus angka seribu. Capaian yang luar biasa bagi gerakan sosial berbasis komunitas kecil.
Di tengah segala keterbatasan, Marijem tak pernah menyerah. Semangatnya tetap menyala untuk terus berbagi dan menginspirasi. “Kami punya semboyan: kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan kami. Kami tidak akan berhenti,” tutupnya dengan senyum penuh keyakinan. (Red.R)
0 Comments:
Post a Comment