iniberita.my.id Tangerang — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mendorong penguatan kerja sama perdagangan dan investasi sawit antara Indonesia dan negara-negara Afrika. Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menegaskan hal tersebut dalam forum bisnis bertajuk “Opportunities for Trade and Investment Partnerships in Africa” pada Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 di ICE BSD City, Tangerang.
Eddy menyebut, industri kelapa sawit masih menjadi tulang punggung ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sekitar 10–13% terhadap total ekspor nasional. Meski nilai ekspor turun dari USD 39 miliar (2022) menjadi USD 28 miliar (2024), sektor ini tetap menopang ekonomi nasional.
Saat ini, Indonesia memiliki 16,8 juta hektare kebun sawit dengan produksi 52,8 juta ton CPO per tahun, di mana 40% dikelola petani kecil.
Menurut Eddy, Afrika merupakan pasar strategis dengan potensi besar, terutama di kawasan Afrika Timur dan Selatan seperti Tanzania, Kenya, dan Namibia. Kerja sama ini mencakup perdagangan, penelitian genetik sawit, hingga investasi hilirisasi.
“Pohon kelapa sawit berasal dari Afrika, kini saatnya kita membangun kemitraan yang saling menguntungkan,” ujarnya.
GAPKI juga menyoroti inovasi dan keberlanjutan industri, seperti penggunaan biofertilizer, penerapan precision agriculture, riset penyakit Ganoderma, dan eksplorasi varietas tahan kekeringan.
Selain itu, GAPKI berkomitmen memperkuat penerapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) agar industri sawit Indonesia semakin ramah lingkungan dan berdaya saing global.
(Red.EH)
0 Comments:
Post a Comment