Kediri, iniberita.my.id – Masyarakat Kecamatan Ngancar kembali menggelar ritual larung sesaji di kawasan kawah Gunung Kelud, Sabtu pagi (6/7). Tradisi tahunan ini merupakan bentuk ungkapan syukur atas rezeki dan keberkahan alam yang terus menghidupi warga di lereng Gunung Kelud.
Pelaksana tugas (Plt) Camat Ngancar, Moh Muthoin, menyampaikan bahwa tradisi ini merupakan bagian dari kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. “Larung sesaji menjadi sarana kami untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dari alam,” ujarnya.
Gunung Kelud, menurut Muthoin, memegang peran penting dalam kehidupan warga sekitar. Mulai dari pertanian, perkebunan, hingga sektor ekonomi lain yang bergantung pada kesuburan tanah dan kelestarian alam gunung tersebut.
Prosesi larung sesaji diawali sejak dini hari. Sejumlah sesepuh desa dan juru kunci Gunung Kelud berangkat dari area parkir utama sekitar pukul 06.00 WIB, menempuh perjalanan menuju area kawah.
Sesampainya di lokasi, berbagai persembahan seperti pisang, sekul suci (nasi putih), lauk dari daging kambing (cok bakal), umbi-umbian (polo pendem), ayam kampung, dan ayam cemani diarak menuju puncak dan dilarung ke dalam kawah. Tindakan ini melambangkan persembahan spiritual kepada alam semesta.
“Kami juga melepas ayam jawa dan ayam cemani di kawasan kawah sebagai bagian dari ritual. Ini semua sebagai simbol keharmonisan manusia dengan alam,” jelas Muthoin.
Masyarakat percaya bahwa ritual ini turut menjaga keseimbangan alam serta menjauhkan wilayah sekitar dari ancaman bencana. Di saat yang sama, mereka memanjatkan harapan agar Gunung Kelud tetap memberikan berkah dan kehidupan yang tenteram bagi masyarakat Ngancar.
Tradisi larung sesaji ini menjadi salah satu identitas budaya lokal yang masih dijaga hingga kini. Tak hanya sebagai bentuk spiritualitas, namun juga menjadi pengingat akan pentingnya merawat alam dan hidup selaras dengan lingkungan.(red.al)

0 Comments:
Post a Comment