Mustafa Centre: Ikon Belanja Favorit yang Tak Pernah Sepi dari Pengunjung

  


SINGAPURA,  iniberita.my.id  – Pertama kali saya menginjakkan kaki di Mustafa Centre adalah pada tahun 2005, bertepatan dengan kunjungan kedua saya ke Singapura. Seiring berjalannya waktu dan kunjungan-kunjungan selanjutnya, saya justru jarang kembali ke pusat perbelanjaan ini. Namun, pada kunjungan terakhir pekan lalu, saya menyempatkan diri kembali ke Mustafa Centre—dan suasananya tak banyak berubah: tetap padat, tetap hidup.

Tempat ini telah menjadi destinasi wajib bagi wisatawan mancanegara yang ingin belanja hemat namun tetap mendapatkan barang berkualitas. Mustafa Centre dikenal luas sebagai pusat belanja legendaris dengan harga bersahabat di tengah kota mahal seperti Singapura.

Kini, Mustafa Centre tak hanya hadir di Negeri Singa. Pada Januari lalu, mereka resmi membuka cabang pertamanya di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Bahkan, Chairman sekaligus Managing Director, Mustaq Ahmad, telah menyampaikan keinginan untuk memperluas jaringan mereka ke Tanjungpinang dan Batam, dalam pertemuan dengan Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, Mei lalu.

Apa yang membuat Mustafa Centre tetap relevan di tengah perubahan zaman dan persaingan ritel yang semakin ketat? Jawabannya terletak pada kemampuannya memberikan pengalaman belanja terpadu dan berbeda dari yang lain. Mereka menggabungkan tiga keunggulan utama: harga terjangkau, lokasi mudah dijangkau, serta layanan 24 jam non-stop. Perpaduan inilah yang memperkuat identitas unik Mustafa Centre di mata pelanggan.

Mustafa Centre menjadi contoh nyata bisnis ritel konvensional yang mampu bertahan dan berkembang karena fokus pada pengalaman pelanggan. Bangunan enam lantai dengan luas sekitar 400 ribu meter persegi ini menyuguhkan hampir semua jenis kebutuhan, dari barang elektronik, pakaian, parfum, hingga kebutuhan dapur. Tak terasa saya menghabiskan lebih dari tiga jam di dalamnya karena begitu banyaknya pilihan yang menarik.

Dalam dunia pemasaran modern, strategi ini dikenal dengan istilah experiential marketing. Konsep ini menekankan keterlibatan langsung pelanggan dalam proses berbelanja. Seperti yang dikemukakan Bernd Schmitt, pakar marketing, ada tiga unsur penting: stimulasi indera (penglihatan, suara, sentuhan), kedekatan emosional, dan keterlibatan aktif konsumen.

Di Mustafa Centre, seluruh unsur itu terasa menyatu. Anda bisa menyentuh dan membandingkan produk secara langsung, merasakan atmosfer khas yang ramai namun nyaman, dan bagi pengunjung dari Indonesia—seperti saya—bahkan ada nuansa emosional yang membuatnya terasa seperti sedang berbelanja di kampung halaman. Hal ini menciptakan kedekatan tersendiri yang sulit digantikan oleh pusat belanja lain.

Keberhasilan Mustafa Centre dalam menjaga eksistensi sebagai magnet belanja bukan semata soal harga atau lokasi. Lebih dari itu, mereka mampu menghadirkan pengalaman menyeluruh yang menyenangkan dan melekat di benak pengunjung. Dengan pendekatan itulah, Mustafa Centre tetap menjadi destinasi favorit yang tak lekang oleh waktu.(red.al)

0 Comments:

Post a Comment