KEDIRI, iniberita.my.id — Perubahan iklim yang tak bisa diprediksi kian mempersulit petani di Kabupaten Kediri. Pola cuaca ekstrem berdampak besar terhadap pola tanam, membuat ketahanan tanaman menurun dan menyebabkan biaya pertanian melonjak drastis akibat serangan hama yang datang bersamaan.
Hoerussalam, Peneliti Kesehatan Benih dan Pengendalian Biokontrol, menyampaikan bahwa cuaca yang berubah-ubah telah berdampak langsung pada struktur dan kekuatan tanaman, khususnya padi. Saat musim hujan, daun dan malai tanaman padi cenderung tumbuh menjulang. Sebaliknya, saat cuaca panas, tanaman akan merunduk.
Namun, kondisi tidak stabil seperti saat ini mengacaukan siklus pertumbuhan alami tanaman. “Tanaman jadi lebih rentan terhadap serangan penyakit. Imun alaminya melemah. Akhirnya, biaya perawatan meningkat,” ungkap pria yang akrab disapa Salam, Kamis (4/7).
Ia menjelaskan, pada tiap musim biasanya hanya satu jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mendominasi. Misalnya, saat kemarau jamur bisa berkembang, namun akan terhambat saat musim hujan. Sebaliknya, musim penghujan cenderung memicu ledakan populasi bakteri.
Namun dalam kondisi cuaca campuran seperti sekarang — disebut sebagai ‘kemarau basah’ — dua jenis musuh tanaman itu justru berkembang bersamaan.
“Ini yang membuat tekanan terhadap tanaman jadi dobel. Serangan jamur dan bakteri berlangsung beriringan. Belum lagi serangan hama lainnya seperti lalat buah,” jelas Salam.
Akibatnya, petani harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli pestisida, menambah tenaga kerja, dan merawat tanaman secara intensif.
Petani Cabai Merugi, Produksi Anjlok
Situasi ini dibenarkan oleh Suyono, Ketua Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri. Ia mengatakan bahwa perubahan cuaca ekstrem berdampak langsung terhadap menurunnya hasil panen.
“Awalnya tanaman cabai kami diserang jamur Cercospora capsici, yang membuat daun, bunga, dan buah mudah rontok,” tuturnya.
Namun, seiring cuaca makin tidak stabil, kelembapan tinggi akibat kemarau basah justru memicu serangan jamur lain, Colletotrichum capsici atau antraknosa, yang menyerang buah cabai secara langsung.
Tak hanya itu, petani juga dihadapkan pada kehadiran hama lalat buah, yang menyerang saat tanaman sedang berbuah lebat. Serangan ganda dari jamur dan hama menyebabkan kerugian berlipat.
“Produktivitas turun drastis. Biaya meningkat, tenaga terkuras, tapi hasil tidak sebanding,” keluh Suyono.
Dengan kondisi ini, para petani berharap ada perhatian serius dari pemerintah, terutama dalam bentuk bantuan pestisida ramah lingkungan, pelatihan pengendalian hama terpadu, serta proteksi harga jual saat panen.(red.al)

0 Comments:
Post a Comment