Viral Isu PHK Massal Gudang Garam Tuban, Begini Fakta Sebenarnya

 

iniberita.my.id Isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di pabrik mitra PT Gudang Garam Tbk, Tuban, Jawa Timur, mendadak ramai diperbincangkan warganet.

Perusahaan rokok raksasa asal Kediri itu disebut melakukan pengurangan besar-besaran karyawan di salah satu pabrik rekanannya. Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan momen perpisahan puluhan pekerja dengan suasana haru. Mereka tampak saling berjabat tangan, seolah menandai berakhirnya masa kerja setelah bertahun-tahun mengabdi. Tayangan singkat itu memicu rasa iba dan keprihatinan publik.

Bantahan Pihak Pabrik Mitra

Kabar PHK langsung dibantah manajemen PT Merdeka Nusantara, salah satu mitra produksi Gudang Garam di Tuban.

Perwakilan perusahaan bagian HRD menegaskan bahwa tidak ada PHK yang dilakukan. Bahkan, pihaknya mengaku terkejut dengan beredarnya isu tersebut.

“Kami juga bingung, karena di pabrik Tuban tidak ada PHK karyawan seperti yang ramai di media sosial,” ujarnya kepada awak media, Minggu (7/9).

Respons Buruh

Di sisi lain, kalangan buruh menyoroti isu ini sebagai tanda melemahnya industri rokok nasional. Presiden Partai Buruh yang juga Ketua KSPI menyebut pihaknya akan menelusuri kebenaran kabar tersebut. Jika benar terjadi, hal itu dinilai mencerminkan penurunan daya beli masyarakat yang berimbas pada turunnya produksi.

Gudang Garam Hadapi Tekanan

Isu PHK muncul ketika Gudang Garam tengah menghadapi tantangan berat. Perusahaan dilaporkan sempat menghentikan pembelian tembakau dari ribuan petani di Temanggung, Jawa Tengah, akibat stok yang menumpuk. Padahal, wilayah tersebut dikenal sebagai sentra tembakau terbaik dan pemasok utama industri rokok.

Tekanan juga terlihat dari laporan keuangan semester I 2025. Gudang Garam hanya membukukan laba bersih Rp120,2 miliar, anjlok 87 persen dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp925,5 miliar.

Pendapatan turun 11,4 persen menjadi Rp44,36 triliun, sementara laba kotor menyusut ke Rp3,7 triliun dari Rp5,06 triliun. Setelah memperhitungkan beban usaha sebesar Rp3,41 triliun dan bunga Rp219,3 miliar, laba bersih tersisa Rp120,2 miliar.

Situasi ini membuat laba per saham anjlok menjadi Rp61 per lembar, jauh di bawah capaian Rp481 per lembar pada semester I 2024. Kondisi itulah yang memperkuat dugaan publik bahwa perusahaan tengah berada dalam tekanan, sehingga isu PHK semakin cepat menyebar.


(Red.EH)

0 Comments:

Post a Comment