Banyuwangi, iniberita.my.id – Di balik tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Rabu malam (2/7), kisah haru seorang penyintas mengundang rasa pilu. Eka Toniansyah, warga Kalipuro, Banyuwangi, bercerita tentang detik-detik saat dirinya dan sang ayah, Eko Satriyo (51), terseret pusaran air setelah kapal feri yang mereka tumpangi karam.
“Saya rangkul tubuh bapak saat kami terseret ombak, tapi beliau sudah tidak bernyawa,” ujar Eka, Sabtu (5/7), dengan suara lirih di rumahnya.
Keduanya tengah melakukan perjalanan untuk mengantar material semen ke Singaraja, Bali, ketika kapal mulai oleng. Eka mengaku hanya memiliki waktu sekitar tiga menit sebelum kapal benar-benar tenggelam.
Tak ada peringatan dari awak kapal. Para penumpang harus berebut pelampung sendiri. Eka sempat memasangkan pelampung ke tubuh ayahnya. Namun sayang, usaha itu tak cukup menyelamatkan sang ayah.
“Saya terus memegang tubuh bapak sampai ke permukaan. Kami terombang-ambing di laut. Saya terapung selama lima jam sebelum ditemukan nelayan,” tutur Eka.
Kesaksian Duka dari Keluarga
Sang ibu, Misatun, masih diliputi duka. Ia mengenang pesan terakhir suaminya: “Istriku sayang, aku minta maaf.”
“Dia bilang sayang, tapi justru pergi selamanya,” ujar Misatun sambil menangis. Ia tak menyangka, malam itu adalah pertemuan terakhir dengan suaminya.
Eko, yang bekerja sebagai sopir truk, baru sebulan terakhir mengajak Eka untuk menemaninya sebagai kernet.
Proses Evakuasi dan Pencarian Korban
Hingga Sabtu pagi (5/7), tim SAR gabungan telah mengevakuasi 36 orang, yang terdiri dari 30 penyintas dan enam korban meninggal dunia. Sementara itu, 29 penumpang lainnya masih dalam pencarian.
Deputi Operasi Basarnas, Eko Suyatno, mengatakan pencarian diperluas hingga 20 mil laut ke selatan dari titik tenggelamnya kapal. Cuaca buruk, gelombang tinggi, dan jarak pandang terbatas menjadi tantangan utama.
Sebanyak 15 kapal pencarian, dua helikopter, dan kapal perang milik TNI AL dikerahkan untuk mendukung operasi penyelamatan. Sabtu kemarin, tim juga mulai menggunakan peralatan deteksi bawah laut untuk menjangkau area yang lebih dalam.
KMP Tunu Pratama Jaya diketahui bertolak dari Pelabuhan Ketapang pukul 22.56 WIB dan mengirim sinyal darurat pada pukul 23.20 WIB. Lima menit kemudian, kapal itu tenggelam.
Janji Pemerintah untuk Investigasi
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menyatakan bahwa Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan menyelidiki penyebab kecelakaan ini.
“Kami fokus pada evakuasi dan penyelamatan dahulu. Proses investigasi akan segera dilakukan untuk mencegah insiden serupa terulang,” ujarnya dalam konferensi pers di Pelabuhan Ketapang.
Sementara itu, doa dan harapan masih menyelimuti posko keluarga korban di Ketapang. Prosesi tabur bunga juga digelar sebagai bentuk penghormatan untuk para korban yang belum ditemukan.(red.al)

0 Comments:
Post a Comment