KEDIRI, iniberita.my.id – Antusiasme warga Kabupaten Kediri terhadap program Keluarga Berencana (KB) terus mengalami peningkatan signifikan. Salah satu indikatornya adalah tingginya minat terhadap metode kontrasepsi jangka panjang, khususnya Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP).
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Kediri, Nurwulan Andadari, menyebutkan tren positif ini merupakan hasil dari konsistensi pelayanan serta pendekatan edukatif kepada masyarakat.
“Jika pada Mei 2024 terdapat 161.560 akseptor, maka pada Mei 2025 jumlah ini naik menjadi 177.197 akseptor. Lonjakan ini menandakan semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam mengatur jarak kelahiran,” ujar Nurwulan.
Peningkatan partisipasi KB menurutnya juga dipengaruhi oleh kemudahan akses, layanan gratis yang digelar secara berkala, dan peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengendalian jumlah anak demi kualitas hidup yang lebih baik.
Yang cukup menarik, metode permanen seperti MOW dan MOP yang dulu sempat minim peminat kini justru banyak dicari. Sepanjang tahun 2025, tercatat sekitar 600 orang menjalani prosedur ini. “Dulu mencari 150 akseptor saja sulit. Sekarang, kami bahkan harus menyeleksi dengan ketat,” ucap Nurwulan.
Kriteria akseptor MOW dan MOP pun cukup ketat. Selain harus berusia di atas 35 tahun, mereka juga wajib memiliki dua anak dengan anak bungsu berusia minimal lima tahun. Riwayat kesehatan juga diperiksa untuk memastikan kelayakan menjalani prosedur tersebut.
Salah satu peserta MOW, Rahayu (40), mengaku bersyukur bisa mengikuti program ini secara gratis. “Saya sempat ragu, tapi akhirnya mantap memilih. Anak sudah dua dan saya ingin lebih fokus ke masa depan keluarga,” kata warga asal Kecamatan Ngasem itu.
Prosedur operasi yang hanya memakan waktu sekitar 10-15 menit ini berlangsung cepat dan minim risiko. Meski ada efek samping ringan seperti pusing dan kram setelah bius hilang, Ayu menyebutkan itu bukanlah masalah besar dibanding manfaat jangka panjangnya.
Lebih jauh, Nurwulan menegaskan bahwa keluarga berencana bukan sekadar soal alat kontrasepsi, namun juga menyangkut perencanaan menyeluruh dalam membangun keluarga yang sehat dan tangguh. “Tujuan akhirnya adalah mencetak generasi yang berkualitas dan mampu bersaing di masa depan,” tandasnya.(RED.AL)

0 Comments:
Post a Comment