Kediri Bersiap Gelar Ruwatan Negara: Doa Bersama Menuju Indonesia sebagai Cahaya Perdamaian Dunia

  


KEDIRI,  iniberita.my.id  – Kota Kediri bakal menjadi tuan rumah sebuah agenda spiritual berskala nasional bertajuk “Ruwatan Negara: Menyambut Indonesia sebagai Mercusuar Perdamaian Dunia”, yang dijadwalkan berlangsung pada Agustus 2025, bertepatan dengan momentum kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Acara tersebut digagas oleh Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (PCTA Indonesia), bekerja sama dengan Situs Persada Soekarno serta komunitas lintas agama dan budaya dari berbagai penjuru Nusantara. Tujuannya bukan sekadar ritual budaya, melainkan ungkapan syukur dan doa bersama agar Indonesia mampu mengemban peran sebagai penjaga keseimbangan dan perdamaian dunia.

Dalam tahap persiapan, panitia telah melayangkan surat resmi kepada Presiden Prabowo Subianto, yang disampaikan langsung melalui Sekretariat Negara.

“Baru saja kami pulang dari Jakarta setelah menyerahkan surat kepada Presiden. Kami bersyukur bisa diterima dengan baik oleh pihak Setneg,” ujar R. M. Kuswatono, SE, M.Si, selaku perwakilan panitia pelaksana.

Bukan Sekadar Seremoni, Tapi Gerakan Nasional

Menurut Kuswatono, ruwatan kali ini tidak dimaksudkan sebagai agenda seremoni belaka, tetapi merupakan ikhtiar kolektif bangsa untuk menguatkan spiritualitas kebangsaan di tengah ancaman global.

“Ini adalah bagian dari gerakan moral bangsa. Kami ingin Presiden mengetahui bahwa masyarakat spiritual Indonesia siap mendukung visi besar Indonesia sebagai pelopor perdamaian,” imbuhnya.

Makna Agustus dan Tiga Alasan Utama

Pemilihan bulan Agustus dinilai sangat relevan karena menjadi bulan lahirnya NKRI. Tepat pada 18 Agustus 1945, UUD 1945 disahkan sebagai fondasi konstitusional negara.

Dalam surat kepada Presiden, panitia menjelaskan tiga alasan utama urgensi pelaksanaan Ruwatan Negara:

  1. Ketegangan Geopolitik Dunia
    Ancaman konflik global kian terasa. Presiden Prabowo sendiri telah mewanti-wanti pentingnya kesiapan menghadapi dinamika internasional yang tak menentu.

  2. Letak Indonesia yang Strategis
    Posisi Indonesia di tengah dunia sangat vital. Dengan semangat damai, Indonesia bisa menjadi “jembatan” di tengah krisis geopolitik dunia.

  3. Warisan Diplomasi Perdamaian
    Sejak era Konferensi Asia-Afrika 1955 hingga Gerakan Non-Blok, Indonesia memiliki jejak sebagai negara penjaga perdamaian. Ruwatan ini menjadi upaya menghidupkan kembali warisan tersebut.

“Indonesia ibarat lentera di tengah badai. Saat dunia terombang-ambing konflik, Indonesia memiliki peran penting sebagai penunjuk arah,” kata Kusuma Hartana, Ketua Harian Situs Persada Soekarno Kediri.

Sambutan Positif dari Tokoh Lintas Agama

Tak hanya mengirim surat kepada Presiden, panitia juga telah menyambangi Kantor Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jakarta untuk menyampaikan undangan secara simbolis kepada perwakilan negara-negara sahabat.

Dukungan atas agenda ini datang dari berbagai tokoh spiritual dan budaya lintas daerah dan keyakinan, di antaranya:

  • Ida Resi Pandita Agung Nata Siliwangi (Sunda)

  • I Dewa Nyoman S. Hartana (Bali)

  • Dahlan Iskan (Surabaya)

  • Ki Nur Padunata (Mojokerto)

  • Mbah Selo (Kediri)

  • Mbah Jolo (Malang)

  • Pinandita Darwadi (Blitar)

  • Kiai Fiyatno (Bengkulu Tengah)

  • Haji Marwan (Kota Bengkulu)

“Ruwatan Negara adalah bentuk kepedulian spiritual terhadap nasib bangsa. Kami percaya Presiden akan merespons positif karena ini adalah bagian dari ikhtiar moral rakyat untuk Indonesia yang berdaulat dan menjadi sumber kedamaian,” pungkas Kuswatono.(red.al)

0 Comments:

Post a Comment