Gas Melon di Kediri Langka dan Mahal, Warga Panik: Masak Jadi Terhambat

  

 KEDIRI,  iniberita.my.id – Masyarakat Kediri kini dihadapkan pada dua persoalan serius terkait kebutuhan pokok rumah tangga. Setelah harga beras terus merangkak naik, kini giliran gas elpiji 3 kilogram (subsidi) yang ikut-ikutan mengalami kelangkaan sekaligus lonjakan harga di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Berdasarkan pantauan di sejumlah lapak dan warung di wilayah Kediri, harga gas melon sudah mencapai angka Rp 20 ribu per tabung, jauh di atas HET yang seharusnya Rp 18 ribu.

Mila, warga Kecamatan Kota Kediri, menuturkan bahwa kenaikan harga ini sudah terjadi secara bertahap dalam beberapa bulan terakhir. Meski begitu, elpiji subsidi ini tetap menjadi incaran masyarakat dan laris manis setiap harinya.

“Naiknya pelan-pelan, tapi pembeli tetap ramai. Soalnya ini sudah kebutuhan utama,” ungkap perempuan yang juga berjualan kebutuhan dapur itu.

Ia mengaku hanya mendapat jatah enam tabung setiap dua hari. Itu pun langsung habis dalam waktu singkat.

“Sering kali dalam sehari banyak yang datang cuma untuk tanya, ‘Bu, gas melon masih ada?’,” keluhnya.

Fenomena ini tak hanya dirasakan oleh Mila. Sarkam, pedagang yang membuka usaha di kawasan Kelurahan Dandangan, juga mengalami hal serupa. Ia menyebut, dalam sepekan terakhir hanya mendapatkan 18 tabung, dan semuanya ludes dalam beberapa hari.

“Yang kecewa lebih banyak daripada yang kebagian,” ujarnya dengan nada pasrah.

Meski harga gas naik, Sarkam mengatakan tak ada pembeli yang mengeluhkan soal harga. Justru yang menjadi keluhan utama adalah ketersediaan barang yang minim.

“Kalau soal harga masyarakat maklum. Yang bikin susah ya karena stoknya nggak ada,” katanya.

Sementara itu, Rani, ibu rumah tangga asal Kelurahan Dandangan, menyebut dirinya sudah keliling ke tiga warung tanpa hasil.

“Gas nggak ada di mana-mana. Mau masak pun akhirnya tertunda,” katanya dengan nada cemas.

Menurutnya, gas elpiji sudah seperti kebutuhan primer bagi keluarga. Jika tidak tersedia, aktivitas dapur langsung terganggu.

“Kalau gas habis, ya kita bingung. Nggak bisa masak, otomatis semua kegiatan rumah tangga jadi ikut mandek,” ujarnya.

Rani dan warga lain berharap ada perhatian dari pemerintah maupun pihak distributor untuk segera mengatasi masalah ini. Pasalnya, baik pedagang kecil maupun ibu rumah tangga sangat bergantung pada gas melon untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

“Semoga ada solusi cepat. Ini bukan soal nyaman atau tidak, tapi soal bisa hidup normal atau tidak,” pungkasnya.(RED.BRI)

0 Comments:

Post a Comment