KEDIRI, iniberita.my.id – Kenaikan harga beras kembali menjadi sorotan di wilayah Kediri Raya. Berdasarkan rilis terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, beras tercatat sebagai komoditas penyumbang inflasi terbesar kedua pada bulan Juni 2025 secara month to month (mtm), dengan kontribusi sebesar 0,08 persen dan tingkat inflasi mencapai 1,87 persen.
Kepala BPS Kota Kediri, Emil Wahyudiono, menjelaskan bahwa lonjakan harga beras dipicu oleh keterlambatan distribusi dari produsen, menyusul telah usainya masa panen. Selain itu, meningkatnya konsumsi masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial seperti pesta pernikahan dan tradisi selamatan menjelang bulan Sura turut mendongkrak permintaan.
“Faktor-faktor inilah yang menyebabkan tekanan inflasi pada beras,” jelas Emil saat memberikan keterangan, Selasa (9/7/2025).
Secara keseluruhan, inflasi bulanan di Kota Kediri tercatat sebesar 0,46 persen, angka ini berada di atas rata-rata inflasi provinsi Jawa Timur maupun skala nasional. Komoditas yang menyumbang andil terbesar adalah cabai rawit, yang mengalami lonjakan inflasi hingga 58,48 persen, memberikan kontribusi sebesar 0,13 persen terhadap inflasi bulan Juni.
Menurut Emil, kelangkaan pasokan menjadi penyebab utama kenaikan harga cabai. Salah satu faktor yang memperparah keterlambatan distribusi adalah aksi mogok sopir truk buntut dari pemberlakuan kebijakan zero Over Dimension Over Loading (ODOL), yang sempat menghambat arus pengiriman barang sejak minggu ketiga Juni lalu.
Selain beras dan cabai rawit, sejumlah komoditas lain juga ikut mendongkrak angka inflasi. Di antaranya emas perhiasan, tomat, bawang merah, kacang panjang, terong, daun bawang, serta beberapa jenis sayuran hortikultura lainnya. Faktor cuaca juga turut memengaruhi—turunnya hujan saat musim kemarau membuat tanaman kurang berkembang secara optimal.
Lebih jauh, Emil menegaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu diwaspadai ke depan. Salah satunya adalah kelancaran distribusi barang, yang menjadi kunci kestabilan harga. Ia juga menyinggung soal program diskon tarif kereta api yang berlaku hingga akhir Juli, sebagai salah satu faktor pengendali pengeluaran rumah tangga.
“Selain itu, kita juga perlu mencermati potensi gejolak harga menjelang tahun ajaran baru serta libur akhir tahun yang bisa memicu lonjakan permintaan terhadap barang-barang tertentu,” imbuhnya.
BPS mengimbau agar seluruh pihak, baik dari sektor distribusi, perdagangan, maupun pemerintah daerah, bersinergi untuk menjaga ketersediaan dan kelancaran pasokan bahan pokok agar inflasi tetap terkendali.(red.al)

0 Comments:
Post a Comment