KABUPATEN KEDIRI, iniberita.my.id –Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kediri mengingatkan seluruh jemaah haji untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan selama menjalankan ibadah di Tanah Suci. Imbauan ini disampaikan menyusul tingginya suhu udara di Arab Saudi yang belakangan ini mencapai angka ekstrem, yakni 45 derajat Celsius.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Kediri, Achmad Faiz, menjelaskan bahwa kondisi cuaca yang sangat panas di Makkah dan sekitarnya dapat berdampak pada daya tahan tubuh jemaah.
“Jelang puncak ibadah haji tanggal 4 hingga 9 Juni mendatang, para jemaah diminta menjaga stamina dan menghindari aktivitas berlebih di luar ruangan. Persiapan fisik dan mental sangat penting agar ibadah bisa dijalankan dengan lancar,” tegas Faiz, Jumat (23/5/2025).
Menurut Faiz, sebagian jemaah memang memanfaatkan waktu dengan memperbanyak ibadah sunnah serta mengunjungi situs-situs bersejarah Islam. Namun ia mengingatkan, kegiatan spiritual tersebut sebaiknya dilakukan dalam ruang tertutup guna menghindari paparan panas langsung yang bisa memicu dehidrasi atau kelelahan.
“Lebih baik memperbanyak doa dan zikir di dalam penginapan. Selain lebih aman dari cuaca ekstrem, juga bisa menjaga kondisi tubuh tetap prima,” imbaunya.
Kemenag Kabupaten Kediri juga mencatat bahwa kesehatan jemaah secara umum masih stabil, meskipun terdapat beberapa orang yang mengalami batuk ringan dan pilek. Hingga saat ini belum ada laporan adanya jemaah yang dirujuk ke rumah sakit.
“Beberapa jemaah memang mengalami gangguan ringan, tapi masih bisa ditangani dengan istirahat cukup dan pengawasan medis kloter,” kata Faiz menambahkan.
Di sisi lain, kelompok terbang (kloter) 45 dan 46 dijadwalkan bergerak menuju Makkah pada Jumat pagi pukul 09.00 WAS. Suasana haru dan antusiasme terlihat di antara para jemaah saat melakukan persiapan sejak dini hari. Namun, kegembiraan itu dibayangi rasa cemas karena sebagian jemaah belum menerima kartu Nusuk, yang menjadi syarat wajib untuk memasuki Masjidil Haram.
Isu ini sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan jemaah. Apalagi, dalam beberapa grup komunikasi daring, beredar informasi bahwa pengawasan masuk ke Masjidil Haram diperketat, dan jemaah tanpa kartu Nusuk bisa ditolak.
Fuad, salah satu jemaah, menyampaikan keresahannya dalam grup WhatsApp kloter, “Kami sudah berniat ihram, tapi belum pegang kartu Nusuk. Kalau nanti tidak boleh masuk Makkah, bagaimana nasib ibadah kami?”
Kekhawatiran ini sangat beralasan, sebab niat ihram membawa konsekuensi hukum fikih, seperti larangan mencabut rambut, memakai wewangian, serta ketentuan pakaian ihram khusus bagi laki-laki yang hanya dua lembar kain putih tanpa jahitan.
Ketua Kloter 45, Afif Fauzi, menegaskan bahwa pihaknya sudah mengajukan permintaan kartu Nusuk sejak 21 Mei lalu. Namun, hingga kini belum ada kejelasan dari pihak penyedia layanan (syarikah).
“Kartu Nusuk sepenuhnya diatur dan dibagikan oleh syarikah. Kami tidak bisa mewakili. Harapannya, dalam waktu dekat segera diserahkan sebelum jemaah melaksanakan rangkaian ibadah utama,” jelas Afif.
Sebagai antisipasi, Kemenag mengimbau jemaah untuk tetap tenang, menjaga kondisi tubuh, dan mengikuti arahan petugas kloter. Selain itu, petugas kesehatan juga terus bersiaga guna memastikan setiap jemaah bisa mengikuti rangkaian ibadah dengan kondisi yang optimal.(red.a)
.webp)
0 Comments:
Post a Comment